09 Agustus 2006

Lady In The Water

Lady In The Water. Satu lagi karya dari sutradara favorit saya, M.Night Shyamalan. Seperti biasa film karya sutradara ini memiliki "beban" yang cukup berat untuk dimengerti. "Sixth Sense", "The Village" dan "Unbreakable" merupakan contoh - contoh film yang cukup berat tetapi sangat mengejutkan.

Lady In The Water ini merupakan dongeng pengantar tidur. Pada awal film diceritakan sekilas bahwa jaman dahulu manusia dan laut memiliki hubungan yang kuat tetapi berjalannya waktu manusia melupakan laut dan lebih memilih untuk berperang. Dunia Biru (laut) terus mencoba untuk mendekati manusia tetapi akhirnya mereka menyerah karena manusia tidak lagi mendengarkan mereka lagi.

Pada suatu ketika legenda/mitos ini terjadi kembali. Dunia Biru kembali mencoba untuk menyentuh manusia agar mereka mendengarkan mereka. Film ini memiliki ritme yang lambat, ciri dari Shyamalan, dan sangat amat membingungkan film ini bercerita tentang apa. Rumit...benar - benar rumit untuk memahami apa yang ingin disampaikan oleh Shyamalan dalam filmnya ini.

Sampai saya selesai menonton film ini pun saya benar - benar frustrasi...saya tidak dapat memahami film itu!. Biasanya saya hanya membutuhkan waktu 30menit untuk dapat mengerti maksud dan alur dari sebuah film dan kali ini...setelah 1 jam 50 menit saya tidak dapat mengerti. Sesampai di rumah saya tetap menggerutu bahwa saya sangat amat menyesal telah menonton film tersebut dan langsung online untuk mencari review dari kritikus - kritikus film Hollywood.

Pendapat para kritikus tersebut ternyata sama dengan saya. Mereka sangat kecewa atas alur dan jalan cerita yang dangkal. Bahkan ada satu kritikus yang menyebutkan bahwa M. Night Shyamalan telah mempertaruhkan reputasinya sebagai sutradara film yang handal dan diperkirakan karirnya akan stagnan setelah film ini. Whoaa! saya terkejut!!...banyak yang kecewa dengan film tersebut! dan salah satu situs, yang selalu menjadi acuan saya untuk menonton sebuah film, hanya memberikan rating 14% dari 100%!!!!.

Setelah saya membaca review - review tersebut saya mencoba untuk kembali mengingat dan memutar ulang film itu di kepala saya. GODDAMN!!...itu kalimat saya yang pertama setelah saya memutar otak saya.

M. Night Shyamalan tetap yang terbaik!!. Saya telah terjebak dalam kejeniusan sutradara itu!. Saya menyadari kesalahan saya ketika saya menonton film tersebut..."mindset" saya adalah menonton film. Lady in the Water adalah dongeng...bukan film seperti yang biasa saya tonton.

Saya salah memahami. Lady in the Water adalah dongeng ciptaan M. Night Shyamalan...bukan "film"...itu adalah dongeng. M. Night Shyamalan menceritakan dongeng ciptaan-nya melalui media visual ke para penonton/pendengarnya. Dalam film itu tokoh Mr. Farber merupakan kuncinya. Film menurut Mr. Farber adalah sesuatu yang memiliki alur cerita yang mudah ditebak. Ada permulaan dan ada Akhir...tetapi dongeng? mungkin kita pernah mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh Nenek atau Ibu kita sewaktu kecil...apa yang kita dapat? kita tidak pernah perduli mengapa dan apa terhadap isi dongeng tersebut...karena itu adalah dongeng! benar - benar fiksi murni!!.

Semua tokoh dan jalan cerita di film tersebut adalah dongeng! kita terbiasa mendengarkan dongeng bahwa tokoh - tokoh utamanya berwujud non-manusia...M. Night Shyamalan merubah semua itu...dongeng ciptaannya ini campuran antara keduanya...manusia dan non-manusia (tipikal dongeng Amerika).

Saya terjebak dalam "mindset" menonton sebuah film...tidak pernah mengira bahwa film tersebut adalah visualisasi dari sebuah dongeng...semua serba tidak nyata dan khayalan saja. Tidak heran film itu tidak punya "ending". M. Night Shyamalan benar - benar luar biasa...atas kejeniusan beliau saya memberikan apresiasi tertinggi!.

Rating : 5 out of 5

catatan : bagi yang tidak menyukai menganalisa sesuatu saya tidak merekomendasikan film ini, tetapi jika anda termasuk orang yang menyukai analisa sebuah film saya sangat merekomendasikan! ini film terberat yang pernah saya tonton!




1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah... buatku ini bukan film berat. walaupun MNS jago banget bikin twist di akhir film seperti 4 film sebelumnya, tapi untuk yang ini, dia gagal.
bagaimanapun, film itu punya "dunianya" sendiri dengan peraturan dan logikanya sendiri. MNS menuntut terllau banyak pada film ini. dia menuntut kita (sebagai penonton) untuk mengerti dunia film tanpa lebih dulu memperkenalkannya pada kita, atau istilahnya di-establish. beda dengan Harry Potter. Hogwart tidak pernah dipertanyakan dan tidak ada yang tidak percaya kalau itu memang ada (di dunia Harry sana). tapi kalau di film ini, MNS malah ujug-ujug memasukkan kita ecara paksa ke dunia dongengnya tanpa memberikan petunjuk dari awal. kita pun tersesat. makanya, nonton film ini jadi gak enjoy lagi. gitu.
ini pendapatku aja sih. :-)
(aku lagi menganalisa MNS untuk tugas kuliah kajian film dan sutradara)
mataharimerahhari.wordpress.com

Does How You Dress and Look Impact Your Career? Sadly, Yes

Ada artikel bagus tentang istilah : DRESS FOR SUCCESS.. : Years ago I worked on the shop floor of a manufacturing plant. I had worked my w...