28 Februari 2011

Bantuan / Santunan Kepada Keluarga Pekerja

Merupakan kewajiban sebuah Perusahaan untuk memberikan bantuan (santunan) kepada keluarga pekerja dimana pekerja ybs ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana.

Apa sanksi yang akan diberikan kepada Perusahaan bila suatu Perusahaan secara sengaja atau lalai menerapkan aturan tersebut?. Jika mencermati Pasal 190 UU No. 13 Tahun 2003, maka sanksi yang diberikan adalah sanksi administratif berupa :

  1. Teguran;
  2. Peringatan Tertulis;
  3. Pembatasan Kegiatan Usaha;
  4. Pembekuan Kegiatan Usaha;
  5. Pembatalan Persetujuan;
  6. Pembatalan Pendaftaran;
  7. Penghentian Sementara sebahagian atau seluruh alat produksi;
  8. Pencabutan ijin.

Pemberian sanksi yang hanya berupa administratif justru malah memberikan peluang kepada Perusahaan untuk tidak menerapkan aturan dimaksud karena sanksi yang diberikan kurang tegas.

25 Februari 2011

Efisiensi dalam program “training” di Perusahaan

Kebetulan saya mengikuti satu jejaring profesional yang cukup populer dan mendapati satu forum diskusi mengenai efisiensi dalam program “training” di Perusahaan karena alasan situasi krisis ekonomi dunia. Dalam forum tersebut dipertanyakan mengenai tiga hal utama, yakni apakah training = biaya tinggi?; Apakah training harus selalu dilakukan di dalam kelas (baca:hotel)?; Apakah training = mengurangi jam kerja karyawan dan dengan demikian mengurangi produktivitas?.

1. Apakah training = biaya tinggi?.

Jangan pernah melupakan bahwa dalam suatu Perusahaan selalu ada dua kelompok perspektif yang berbeda, top management dan karyawan. Pertama, mari kita coba memposisikan diri kita sebagai kelompok top management. Andaikan kita seorang CEO atau Presiden Direktur suatu Perusahaan dimana kita adalah pemegang tanggung jawab tertinggi atas keberlangsungan operasional bisnis Perusahaan. Dalam situasi krisis ekonomi dunia, efisiensi adalah salah satu jalan untuk menjamin Perusahaan dapat melalui situasi tidak menentu. Income masih merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan operasional Perusahaan, Income akan menunjang Expenses yang dikeluarkan oleh Perusahaan. Saya akan meminjam suatu istilah yang cukup populer dalam ilmu Politik, yaitu Balance of Power. Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dalam suatu Perusahaan tetap harus terjaga dalam setiap keadaan apa pun.

Dari ilustrasi singkat di atas, menjadi suatu hal yang dapat dimengerti bila top management melihat training dapat menjadi expense yang seharusnya dapat dihentikan. Selama masih dalam posisi top management, investasi masih terkait dengan sesuatu yang profit oriented demi menjaga Balance of Power tersebut sedangkan training merupakan investasi jangka panjang dan outcome yang diberikan kepada Perusahaan bukan berupa cash income namun lebih unseen.

Pengelola Sumber Daya Manusia dalam setiap Perusahaan sudah umum bila menjadi cost center bukan profit center. Unit HR memiliki tanggung jawab tidak hanya dalam pengelolaan kepegawaian dalam skala umum tetapi juga bertanggungjawab untuk ”memoles logam bekas menjadi logam emas” yang memiliki value besar dan kompetitif. Bagaimana menjadikan seorang karyawan yang tidak mengerti apa-apa menjadi karyawan yang sangat mengerti dengan pekerjaannya dan high competitive internally?. Training merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut.

Kedua, sekarang kita coba untuk memposisikan diri sebagai seorang karyawan dalam suatu Perusahaan. Training merupakan satu bentuk pencapaian atau menjadi hal yang selalu didambakan oleh karyawan. Mengapa?. Coba kita cermati  sesaat setelah seorang karyawan berhasil melalui training yang diikutinya, apa yang akan ia lakukan selanjutnya? update resume / cv. Bagi karyawan, ikut serta dalam sebuah training merupakan salah satu keberhasilan dalam berkarir. Pernahkah terpikirkan bahwa sebagai seorang karyawan, secara tidak disengaja, mencibir kepada management perihal tidak diikutsertakannya mereka mengikuti sebuah training?.

Mengeluarkan biaya 1 juta saja kok pelit sekali? ini kan Perusahaan besar?!”

24 Februari 2011

Make yourself a ‘primitive’ enterpreneur..

Many people says that if you want to be rich then you shall running your own business but many enterpreneur enthusiast question how to do it? how is it possible to run own business without an adequate fund resource?.

A common question regarding the resource fund. Let me tell you a real life story about it. My wife starts her own business with no resource fund at all, you know how she do it?. The most and the biggest venture capital (modal usaha) is network, and yes i mean network such as friends, friends of friends etc.

At first, she was helping my sister to sell her products and then in her first day of selling she sold more than 20 different products and gained her first gross profit for about 500 – 1 million rupiah (in just one day). I’d like to named her as a ‘primitive’ enterpreneur, she used all of her network to sell and not even bother about the brand name of her business or whatsoever.

Now, do you guys have something to sell? i doesn’t have to have the products / service by yourself but you ought to have somebody who owns the product / service and then you sell it to the market. It’s Retailing time..

21 Februari 2011

Uncertainty

Dahulu sangat menggebu-gebu untuk mendapatkan satu peluang. Kini, setelah peluang itu nongkrong di depan mata tiba-tiba saja ‘semangat’ mencari peluang yang pernah membara itu lenyap seketika.

Sebelumnya, ketika peluang berada persis di depan mata, ia tidak perlu lagi berpikir panjang sehingga langsung dicoba. Soal peluang itu bagus atau tidak adalah ‘gimana nanti’ tapi ia sekarang merasakan ‘nanti gimana’.

Kini ia harus berpikir keras dengan penuh pertimbangan mengenai peluang yang sudah dua hari berada di depan matanya. Pada saat ‘krisis’ seperti saat ini, ia mungkin berpikir bahwa peluang tersebut merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan yang ia hadapi saat ini tetapi di sisi lain ia mempertimbangkan mengenai pengalaman-pengalaman sebelumnya. Saat ini, ia sangat berhati-hati tidak ingin ‘jatuh pada lubang yang sama’ karena hanya keledai yang melakukan hal itu.

Ketidakberdayaan untuk menentukan sikap dan keputusan, menurut saya, adalah hal yang paling menyiksa. Kelompok lawak WARKOP pernah merilis film dengan judul ‘maju kena mundur kena’ semuanya tidak ada yang lebih baik, semuanya menyesakkan hati dan pikiran.

Ia sebenarnya paham mengapa ia belum juga bisa menentukan sikap & keputusan. Ia khawatir keputusan yang akan ia ambil merupakan keputusan subjektif. Ia sangat menginginkan bahwa keputusan untuk mengambil peluang tersebut adalah hasil dari pertimbangan yang sangat objektif, meski ia juga khawatir akankah peluang lain datang sebelum semuanya terlambat.

Saat ini, ia memang dalam kondisi yang ‘tidak begitu’ menguntungkan sehingga kalau ada sedikit ‘godaan’ maka sesegera itulah ia bisa ‘goyah’ tetapi untuk menuju langkah selanjutnya ia tidak bisa menentukan sikap & keputusan.

Semoga saja, ia sudah bisa menentukan sikap & keputusan karena dalam waktu dekat peluang tersebut akan menagihnya.

18 Februari 2011

Mundurnya seorang prajurit..

Semua pimpinan pasti sepakat kalau kinerja suatu tim bergantung dengan para anggota timnya, seorang pimpinan bertanggungjawab untuk mengelola, mengarahkan dan memastikan tujuan suatu tim tercapai.

Sebenarnya seberapa besar sih peran para anggota tersebut?. Ya, jelas..saling menguntungkan bukan saling merugikan. Bayangkan saja, jika dalam permainan catur, tidak ada pion yang berada di garis depan maka semua pejabat catur itu langsung bisa “dimakan” oleh lawan dan luluh lantaklah.

Mungkin perumpamaan di atas kasar, tapi memang seperti itulah medan bisnis / usaha yang harus didukung oleh seluruh tim yang ada. Keselamatan “raja” merupakan tanggung jawab seluruh tim dan keselamatan “tim” berada di tangan “raja” yang wajib memahami kondisi taktis medan yang dihadapi.

Hal sederhana di atas tidak selalu dipahami oleh beberapa “raja” sehingga yang muncul adalah kesan menyelamatkan diri sendiri tanpa harus berpikir taktis. Bagaimana “raja” tetap bisa berdiri dengan “mengorbankan” tim yang ada sehingga kehilangan satu “pion” bukan merupakan kerugian berarti.

Seperti kata seorang teman baik saya, setiap “raja” selalu punya rencana dan niat yang berbeda. Kalo punya rencana dan niat untuk keuntungan sendiri ya begitu lah ceritanya, tapi kalo punya rencana dan niat untuk maju bersama pasti akan dinamis yang positif!.

17 Februari 2011

Big Boss..

Berbeda tidak selamanya buruk asalkan siap atas dampak yang muncul dan bukan bersikap berbeda tapi tidak mau tahu. Menjadi seorang pemimpin memang membutuhkan nyali yang besar dan berani bertanggungjawab penuh atas keberlangsungan organisasi yang ia pimpin.

Menjadi sebuah permasalah adalah bila seseorang berupaya menjadi berbeda tetapi bersikap “tidak mau tahu” dan selalu bertitah “pokoknya” atau “harus”.

Menjadi seorang pemimpin tidak semudah “tunjuk sana, tunjuk sini”, berkata “harus begini, harus begitu” atau “pokoknya harus”. Mengerti, paham dan tahu situasi kondisi sepertinya hal hakiki yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja profesional. Begitu juga seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Menjadi seorang pemimpin tidak perlu bersikap “harus ditakuti” atau “harus disegani” yang penting perduli dengan keadaan, anak buah dan keadaan.

Memang, banyak tipe orang di tempat kerja, ada yang populer, ada yang ingin ditakuti, ada yang menjaga diri (ja’im), ada yang cengengesan, ada yang lemot dsb. Organisasi itu kan seperti segerombolan manusia yang berada di dalam sebuah lingkaran. Segerombolan manusia tersebut membutuhkan satu manusia yang berperan sebagai pengarah (director) yang paham kondisi kerja, paham roda bisnis perusahaan, paham atas seluruh proses operasional perusahaan dan paham bagaimana berorganisasi.

“Saya orangnya simple, tidak perlu ada koordinasi, kalau saya bisa langsung instruksikan seseorang dengan mudah kenapa saya harus membicarakannya ke atasannya? Toh, saya ini atasan semua orang di sini!”

Sepenggal kutipan pernyataan di atas adalah penutup dari artikel singkat saya ini, saya hanya ingin tahu kira – kira apa pendapat para pembaca atau yang kebetulan mampir di blog saya ini setelah membaca seluruh artikel saya dan mencamkan penggalan kutipan tersebut di atas.

Well? we all know that we were born to be a leader, but we should know our limitations so that we can achieve more with our superior abilities…

16 Februari 2011

Peraturan Perusahaan

“Peraturan perusahaan wajib dimiliki oleh Perusahaan yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang (Kep.Men No : 48/MEN/IV/2004)”

Lalu bagaimana bila Peraturan Perusahaan (PP) sudah diajukan ke DisNakertrans setempat namun di tengah perjalanannya Serikat Pekerja (SP) terbentuk?. Apakah para pengurus SP perlu diberitahu bahwa PP sedang dalam proses penyusunan atau tidak?.

Menurut saya, tindakan memberitahu perlu dilakukan agar berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak akan muncul masalah di kemudian hari bila PP telah berhasil disahkan (sesuai dengan Kep.Men No : 48/MEN/IV/2004 Pasal 3).

Next step. PP, secara umum, sebaiknya memuat hal – hal yang normatif. Apa saja yang termasuk dalam “hal-hal yang normatif”?. Menurut saya, hal – hal yang termasuk normatif adalah semua hak pekerja yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan atau perjanjian kerja.

Next step. Setelah pengurus SP menerima rancangan PP maka harus terjadi perundingan terjadwal sehingga PP dapat segera disahkan dan berlaku di Perusahaan.

Dampak PP tidak ada dalam Perusahaan adalah penegakkan aturan sangat lemah karena tidak memiliki landasan utama dan bila kita ingin menegakkan semangat Good Corporate Governance (GCG) yang bagus maka menjadi hal yang wajib bahwa PP itu ada.

 

Does How You Dress and Look Impact Your Career? Sadly, Yes

Ada artikel bagus tentang istilah : DRESS FOR SUCCESS.. : Years ago I worked on the shop floor of a manufacturing plant. I had worked my w...