27 Juli 2005

Absent

yep..dari tgl 17 Juli Blog secara resmi tidak ter update, alasan utamanya ya..saya lagi ada pekerjaan di luar kota yg menyebabkan untuk melakukan update blog tidak dapat dilakukan..tapi bulan Agustus mendatang Blog akan saya update secara besar-besaran

13 Juli 2005

The Bajaj

THE BAJAJ
udah lama gak naek bajaj, kendaraan roda tiga asli produk India. Terakhir naek Bajaj tu tahun 2004 bulan Februari..ketika itu secara tiba2 muncul niat untuk naek Bajaj dari Sarinah menuju Rumah Susun Kebon Kacang, haha..bener2 unik kendaraan ini.
kenapa unik? pertama, turut memberikan sumbangan atas polusi udara di Jakarta ; kedua, kondisi kendaraan yang sebenernya 'dipaksa' untuk tetap layak pakai ; ketiga, merusak organ tubuh pengendara dan penumpang..karena tingkat kebisingannya mungkin hampir menyamai suara konser musik rock ; keempat, faktor keamanan kendaraan 'nol' .. gak ada lampu penunjuk arah (sign), lampu rem, lampu jalan ; kelima, Bajaj adalah Becak versi modern..yang dikarenakan ketidakdisiplinan pengemudinya membuat jalanan makin sempit dan sumpek..
mungkin alasan2 mengapa Bajaj unik seperti udah diceritakan terkesan 'kejam', tidak perikemanusiaan, diskriminatif atau apalah lainnya..tapi satu hal penting yg harus digarisbawahi, semuanya benar..terlepas dari penilaian subjektif anda terhadap saya para pembaca yang terhormat..
saya sebenernya sedikit excited ketika kendaraan transport publik mini diluncurkan..kancil..dalam hati saya pernah berfikir "whow, sudah saatnya Bajaj harus diganti dengan kendaraan seperti ini.." tetapi lagi2 tingkat excited saya langsung buyar, ketika saya harus menyadari bahwa seburuk apapun jenis kendaraannya jika tiap pengemudi angkutan umum mengerti dan disiplin akan peraturan rambu lalu lintas maka tetap akan terlihat indah..
saya pernah membaca majalah Forbes sekitar tahun 2002, saya masih ingat betul ketika majalah tersebut membahas mengenai transportasi di Asia, dan ketika Forbes menengok Indonesia..Bajaj langsung menjadi bintangnya. Yang mengenaskan adalah ternyata para pengemudi Bajaj hanya mendapatkan rata2 $1 per hari untuk 12 jam kerja..WHAT?!?!..muke gile!!
diluar keburukan dari Bajaj itu sendiri, hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah..Bajaj merupakan 'tools for living' bagi para pengemudi ataupun bagi para juragan-nya. Tingginya jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan penyedia lapangan pekerjaan..yang parahnya lagi, tingginya pencari kerja tidak dibarengi dengan skill yang memadai pula..tidak heran mengapa seorang teman saya pernah menjelaskan.. "Indonesia itu, bisanya mencetak pengangguran..pendidikan dimana2 juga ada, mulai termurah hingga termahal tapi ya itu..institusi pendidikan hanya mencetak pengangguran bukan sumber daya manusia..parahnya lagi pemerintah malah mencabut subsidi buat pendidikan..ketahuan siapa yang goblok?.." ... saya langsung tertawa terbahak - bahak..saya menertawai statement dia yang terakhir.."ketahuan siapa yang goblok?" .. meskipun setelah saya puas tertawa, saya sadar bahwa hal tersebut bisa saja terjadi pada diri saya.
kembali ke masalah Bajaj tadi, saya masih kurang begitu mengerti mengapa kendaraan mini ini bisa berkeliaran di jalan raya dan jalan utama..apa tidak lebih baik kendaraan seperti ini hanya berkeliaran didaerah permukiman saja? bahasa kerennya, sebagai 'feeder' penduduk sekitar menuju transportasi yang memang untuk jalan raya..misalnya naek Bajaj dari komplek perumahan A menuju halte bis diluar perumahan A?? bisa aja kan? tapi kok malah begini ya...
Bajaj oh..Bajaj...

12 Juli 2005

Gaming Console

Heaven Or Hell ...

Perkembangan dunia game terutama computer dan console game sudah melewati ‘ambang’ kewajaran. Jika kita ingat pada tahun 1985 ketika console game pertama yang menggunakan teknologi 8-bit muncul yakni Nintendo Entertainment System (selanjutnya kita sebut NES) mendominasi dunia dalam kurun waktu yang lama. Pada saat itu, perkembangan game masih berada pada software development yaitu perkembangan perangkat lunaknya seperti munculnya berbagai macam genre dan title Nintendo cartridge yang terus menerus dilempar ke pasaran.

Teknologi yang pada saat itu sudah terbilang canggih, lagi – lagi harus tunduk kepada hukum alam (siapa kuat dialah yang bertahan) pada kisaran tahun 1990 muncul console baru SEGA MEGA DRIVE yang menggunakan teknologi 16-bit. Sudah jelas teknologi tersebut mampu memberikan pengalaman baru dalam bermain game dan tampilan grafis yang sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan NES.

Pada periode tahun 1990-an inilah perkembangan console game dan pengembangan software mulai terlihat lebih ‘ganas’ dan ‘liar’. Nintendo sebagai penguasa pasar console game sejak tahun 1985 tidak tinggal diam dan kemudian melempar ke pasaran console 16-bit mereka ke pasaran dengan brand Super Nintendo Entertainment System (selanjutnya kita sebut Super NES) pada tahun 1991. Pertarungan merebut pasar antara SEGA vs Super NES pada periode waktu tersebut sangat menarik, mulai dari perang iklan, perang title game dan perang game eksklusif (maksudnya adalah game yang hanya dirilis pada satu console tertentu saja dan tidak akan dirilis pada console saingannya).

Perang antar console tersebut berlangsung cukup lama dan menguasai ‘isi’ dari majalah game dunia, meskipun pada kurun waktu tersebut banyak perusahaan yang meluncurkan console system mereka masing – masing. Jika masih ingat pada saat itu juga muncul diantaranya, console NEC TurboGrafx 16-bit tahun 1989, Atari Lynx (console portable berwarna pertama dari Atari) tahun 1989 dan NEO – GEO tahun 1990. Tapi yang menjadikannya menarik adalah dari sekian banyak console baru yang muncul mengapa dunia sepertinya terhipnotis oleh perang antara SEGA vs Super NES?. Satu alasan yang mungkin dapat memberikan jawaban pasti adalah pengembangan software yang didukung dengan promosi yang baik, kita ambil contoh kasus kegagalan ATARI Lynx. Pada tahun 1989 merupakan inovasi besar ketika ATARI meluncurkan game portable pertama yang berwarna, namun karena manajemen yang tidak baik dimana sempat terjadi kekurangan barang dipasaran sehingga pada saat musim liburan di Amerika tiba, produk ini tidak sanggup memenuhi keinginan pasar dan hanya Nintendo dan SEGA yang mampu memenuhi kebutuhan pasar. Seperti dapat ditebak, perang Nintendo dan SEGA terus berlanjut.

SEGA yang menggebrak dunia dengan Sonic The HedgeHog-nya membuat Mario Bros dari Nintendo harus bekerja keras dengan terus mengeluarkan sekuel (lanjutannya) demi menyaingi SEGA dengan Sonic-nya tersebut. Inilah titik menarik dari perang mereka, SEGA dan Nintendo mempunyai satu ikon yang dijadikan simbol peperangan mereka. SEGA dan Nintendo mempunyai simbol kuat yang bisa dijadikan sebagai satu simbol nyata peperangan mereka. Munculnya film kartun Sonic The HedgeHog dan film kartun Mario Bros memperlihatkan betapa kerasnya pertarungan mereka.

Kembali kepada perkembangan console tadi, masih pada periode tahun 90-an pengembangan console mulai memasuki 32-bit dan mulai diperkenalkan penggunan Compact Disc (CD) sebagai media gamenya, tidak lagi menggunakan cartridge. Babak baru dalam dunia game telah dimulai. SEGA Saturn dilempar kepasaran pada tahun 1995 dengan ikon utamanya adalah Virtua Fighter (sering dijumpai pada mesin – mesin arcade), yang menarik adalah vakumnya Nintendo dalam meladeni rivalnya ini Nintendo masih bertahan dengan Super NES-nya dan lebih fokus pada pengembangan softwarenya, judul game StarFox (yang memperlihatkan kehandalan 3D dari Super NES) sempat menjadi primadona dan menjadi obat kekecewaan dari para fans Nintendo karena Nintendo tidak ikut meluncurkan console baru mereka. Perusahaan lain asal Jepang, SONY mencoba untuk terjun dalam dunia console game dengan SONY Playstation-nya pada tahun 1994, orang awam akan berpikir --- SONY? Mengapa mereka berani terjun di dunia console yang pada saat itu masih menjadi daerahnya SEGA dan Nintendo? Apakah SONY akan berhasil? --- jawaban tersebut sudah didapat dengan jelas saat ini. Philips juga mengeluarkan console mereka Philips CD-i pada tahun 1994 dan 3DO pada tahun 1993. Kesemuanya diperkenalkan secara bersamaan pada event terbesar dunia game, Electronic Gaming Expo di Amerika Serikat.

Ketika periode 32-bit baru saja menjadi primadona dunia game, pada tahun 1993 ATARI melakukan langkah yang lebih maju. Dengan meluncurkan ATARI JAGUAR yang memiliki teknologi 64-bit, yang menurut saya merupakan satu langkah keliru. Bagaimana mungkin ATARI dapat bersaing apabila iklim teknologi saat itu masih hot di area 32-bit? Menurut saya langkah ATARI terlalu cepat, dan terbukti ATARI JAGUAR tidak bertahan lama. Tapi munculnya sistem console ini ditanggapi serius oleh pihak Nintendo, yang akhirnya meluncurkan Nintendo 64 pada tahun 1999 atau yang lebih dikenal dengan N64. Terbiasanya para gamer dengan media CD (sejak era 32-bit dimulai) tidak membuat Nintendo bergeming, Nintendo tetap mengeluarkan console N64-nya dengan media cartridge. Dari pantauan berbagai situs gamer luar negeri, keputusan Nintendo untuk tetap menggunakan cartridge membuat gemas para Nintendo gamer, selain karena harganya lebih mahal, tren serba sederhana saat itu sedang naik daun karena media game CD mulai diperkenalkan melalui SEGA Saturn dan SONY PlayStation, tapi pihak Nintendo beranggapan bahwa dengan menggunakan cartridge maka gamer tidak akan diganggu oleh loading time suatu game. N64 juga console pertama yang memperkenalkan port controller sebanyak 4 buah yang artinya dapat dimainkan oleh 4 pemain sekaligus.

Lagi – lagi, SEGA tidak tinggal diam dengan memperkenalkan SEGA DreamCast tahun 1999. SONY PlayStation seperti tenggelam dalam persaingan SEGA vs Nintendo. Langkah diam yang diambil oleh SONY dan lebih memperkuat kerjasama dengan pihak pengembang game menurut saya merupakan langkah yang sangat tepat, SONY pada saat itu lebih memfokuskan pada playability (tingkat keasyikan bermain) dibandingkan pada sisi grafisnya. DreamCast dan N64 memiliki sisi grafis yang terbaik saat itu dan bukan berarti dua perusahaan tersebut mengenyampingkan sisi playability-nya tetapi mereka mungkin melupakan satu faktor penting, yakni para pengguna console. Dengan ‘rutin’nya dua perusahaan tersebut meluncurkan console baru dengan teknologi lebih baru, perang iklan dan perang game eksklusif berarti terjadi pembengkakan biaya yang harus dikeluarkan oleh para gamer untuk dapat ‘mencicipi’ teknologi dari console tersebut dan ini dapat membuat para gamer dengan dana cekak kebingungan. Saya menganalisis bahwa SONY melihat kekurangan ini sebagai satu peluang besar menerobos kelengahan SEGA dan Nintendo dalam mengantisipasi PlayStation sebagai satu gaming console baru, dan terbukti SONY PlayStation seperti dinobatkan sebagai ‘pemenang’ dalam perang console meski mereka sendiri tidak pernah secara sengaja terjun dalam peperangan seperti halnya SEGA dan Nintendo.

Kelanjutannya sudah dapat ditebak, SONY PlayStation merajai dunia console game dan SEGA DreamCast akhirnya runtuh yang menyebabkan perusahaan SEGA tidak lagi memproduksi game console dan hanya berkonsentrasi pada pengembangan software saja. Nintendo masih terbilang bertahan dengan N64-nya. Yang menarik dilihat adalah periode bertahannya era 64-bit tidaklah lama, tidak seperti pada era NES 8-Bit yang merajai 5 tahun lebih.

Secara tidak disadari, perkembangan semi konduktor dan elektronik dunia semakin terlihat ‘liar’. SONY akhirnya meluncurkan gaming console baru mereka yang diberi nama PlayStation 2 pada tahun 2000 namun yang paling menarik adalah Microsoft Inc satu perusahaan software terbesar di dunia turut terjun kedalam persaingan game console ini dengan membawa XBOX-nya pada tahun 2001 dan Nintendo yang sepertinya masih belum sudi gelarnya sebagai bapak dari dunia game (berkat NES) direbut oleh SONY dengan PlayStation-nya turut meluncurkan Nintendo GameCube pada tahun yang sama. Ketika produk-produk tersebut secara bersamaan dipamerkan pada event Electronic Gaming Expo, kemampuan ketiga console tersebut disertai decak kagum para gamer mania di seluruh dunia. Keinginan para gamer untuk mendapatkan kualitas grafis yang realistis mulai terlihat, grafis tidak dapat dipungkiri merupakan satu kebutuhan utama dari para gamer console.

Lagi – lagi perang console terjadi demi merebut pasar, tapi kali ini penulis melihat bahwa tingkat pengembangan software lebih mendominasi dibandingkan tingkat pertumbuhan jenis console baru di pasaran. Tampaknya strategi SONY untuk memperkuat jaringan kerjasama dengan pengembang software, dilakukan oleh Microsoft Inc dan Nintendo.

Hingga kini masing – masing console memiliki penggemar setianya, PlayStation2 yang terjual sebanyak 89 juta unit diseluruh dunia lebih populer dibandingkan XBOX dan Nintendo GameCube. Segmentasi software game juga memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan kepopuleran suatu console game. Lihat saja game eksklusif Resident Evil Zero yang dikhususkan untuk Nintendo GameCube, tentu saja para fans berat software tersebut akan mempertimbangkan untuk membeli perangkat console tersebut, begitu pula dengan XBOX dan PlayStation2 yang masing – masing juga memiliki game eksklusif (XBOX dengan HALO dan PlayStation2 dengan Gran Turismo dan RPG seri Final Fantasy).

Pada pertengahan tahun 2005 ini, tepatnya tanggal 18 – 20 Mei 2005 Electronic Gaming Expo digelar di Los Angeles Convention Center California yang tanpa disadari, era teknologi PS2, XBOX dan GameCube mulai terlihat ujungnya. Tepatnya bulan Mei 2005 dari berbagai situs game di internet, disebutkan bahwa akan diluncurkan PlayStation 3 sebagai kelanjutan PlayStation 2, XBOX 360 sebagai kelanjutan XBOX dan Nintendo Revolution sebagai kelanjutan dari Nintendo GameCube. Kemampuan unik dari masing – masing console yang membuat para gamer mania harus berdecak kagum sekali lagi, mulai dari kecepatan prosesor menembus angka 4Ghz, chipset grafis prototipe milik ATi Radeon dan kapabilitas wireless. Pertempuran console game tidak akan berakhir, menurut saya. Apa yang akan muncul setelah era PS3, XBOX 360 dan Nintendo Revolution berakhir? Sampai kapan perkembangan console tersebut akan berhenti? Saya pikir jawabannya ada pada teknologi, selagi para ahli terus menggali teknologi maka evolusi akan terus terjadi hingga tak terhitung kapan batas akhir waktunya. Inilah mengapa pada awal tulisan saya ini, saya menyebutkan perkembangan console game sudah diluar batas kewajaran. Hampir tiap tahun terjadi perubahan – perubahan akan kecanggihan teknologi yang siap untuk diimplementasikan pada tiap – tiap perangkat komputer, rumah tangga dan sebagainya. Gordon Moore, pendiri perusahaan Intel mengeluarkan Hukum Moore yang menyebutkan bahwa tiap dua tahun jumlah transistor dalam suatu chip akan bertambah dua kali lipat, dan memang hal itu terbukti. Jika sudah begini, apakah para gamer itu hanya memenuhi kebutuhan akan hiburan, memenuhi kebutuhan haus teknologi atau memang diarahkan menjadi manusia yang kecanduan teknologi? Tingkat kepuasan manusia memang sulit untuk diukur.

11 Juli 2005

is it trully necessary?

3G
teknologi terbaru dalam bidang telekomunikasi. Jika mengutip penjelasan singkat yang didapat dari harian Republika :
"3G atau generasi ketiga merupakan nama generik bagi serangkaian teknologi mobile yang dipersiapkan untuk diluncurkan pada akhir 2001 lalu. Ia memakai jaringan infrastruktur, handsets, base stations, switches, dan perangkat lain yang memungkinkan komunikasi seluler dengan akses internet berkecepatan tinggi, data, video, dan layanan musik yang kualitasnya setara Compact Disc (CD). Kecepatan data di jaringan generasi ketiga mencapai 2 megabits per detik."
3G akhir2 ini benar2 begitu booming, sehingga seringkali kita dengarkan baik di radio, kita menonton berita di televisi bahkan hanya sekedar nongkrong bareng temen. 3G bagi para pengguna handphone (khususnya yang benar2 mengerti dan mengikuti perkembangannya) sedikitnya akan tau apa itu 3G. Beberapa teman saya memberikan beberapa versi yang berbeda. Ada yang mengatakan "3G memungkinkan kita menonton televisi di handphone.." , "dulu kita cuman bisa nonton streaming video di handphone, sebentar lagi bisa nonton sepakbola secara live di handphone.." , "wah..kasian bener kalo beli handphone hari gini belom bisa 3G.." , "bisa nge-cek email lho.." ... itulah beberapa versi yang saya dapet dari beberapa temen2 saya.
tidak dipungkiri bahwa penjelasan - penjelasan yang saya dapatkan terdapat sebuah unsur euforia (perasaan senang yang berlebihan). memang benar bahwa dengan 3G, mobile device bisa melakukan banyak hal..diantaranya seperti yang sudah disebutkan teman2 saya tadi. tetapi coba sedikit kita renungkan, apakah memang kebutuhan akan telekomunikasi di negeri ini sudah sebegitunya? maksudnya, apakah 3G memang sudah layak untuk dimiliki negeri ini? mengingat cakupan wilayah di Indonesia yang sudah 'melek' telekomunikasi belum 100%?? masih ada daerah - daerah yang tidak terjangkau oleh telepon..
tidak perlu susah - susah untuk mengamati betapa ruwetnya jaringan telekomunikasi negeri ini, saya memiliki teman yang berdomisili di sebuah kawasan perumahan di daerah Jakarta Timur, betapa terkejutnya saya ketika melihat tiang2 telepon yang berada di ruas jalan perumahan tersebut terjuntai begitu banyaknya kabel telepon !! .. bagaikan sarang laba2..langsung saya berpikir dalam hati.. "jangan2 karena ini ketika saya beberapa kali menelepon teman saya ini, suara yang saya dengar selalu heavily noise...kresek..kresek..."..mungkin tidak adil jika saya hanya melihat dari rapi atau tidaknya sambungan telepon yang ada.
maksud saya adalah, apakah infrastruktur telekomunikasi kita sekarang memang mampu untuk melayani 3G ini? yang tidak dapat dipungkiri membutuhkan perangkat yang serba digital? mengingat sambungan telepon kita sekarang masih banyak yang analog??
penyakit lama masyarakat kita adalah, kita selalu membanding2kan hal yang baik2 saja..tetapi tidak pernah melihat konsekuensi dibelakangnya. Okelah, untuk beberapa daerah di Jakarta memang sudah mulai dibangun infrastruktur untuk mendukung 3G ini...tapi bagaimana dengan daerah di luar Jakarta?..3G bukan barang murah, mulai dari pengaturan frekuensi, izin, lisensi, perangkat lunak, perangkat kerasnya dan sebagainya menjadikan 3G sebuah barang mewah..
apakah dengan dikembangkannya 3G ini, membuat masyarakat kita melek akan teknologi? untuk dikota2 besar IYA! tetapi untuk di daerah?? belom tentu..
apakah memang masyarakat sekarang dituntut untuk mengikuti perkembangan dengan begitu cepat sehingga menonton berita di handphone adalah jawabannya?? apakah memang masyarakat semuanya sudah memiliki e-mail sehingga benar2 dibutuhkan memeriksa e-mail melalui handphone? BlackBerry (push e-mail) sudah memberikan jawabannya..apakah pemerintah siap untuk melayani 3G ini? wah..baru melihat juntaian kabel telepon yang mirip sarang laba2 saja saya sudah pesimis..dan masih banyak lagi pertanyaan ..apakah..apakah lainnya..
so? is it trully necessary to have 3G in this country? tentu saja kita semua harus menyambut teknologi2 baru..tapi apakah sudah perlu untuk diaplikasikan di sini??

10 Juli 2005

More Than Fine


switchfoot

nama yang unik untuk sebuah band yang diklaim mengarah pada aliran Post Grunge. Warna musik yang keras tapi gak terlalu keras, dan ketika didengerin satu albumnya yang berjudul Beautiful Letdown.. tapi menurut gue corak warna Rock/Pop lebih kental, kalo lebih jeli mendengarkan Gone, More Than Fine, This Is Your Life, Redemption maka kalo dibilang lebih ke arah Rock/Pop bisa jadi benar.
Jon Foreman sang vokalis punya suara yang khas, agar lebih gampang dimengerti suaranya serak dan heavy. Memberikan satu warna tersendiri untuk lagu2 switchfoot yang rock/pop yang membuat musiknya terkesan gahar, namun ketukan - ketukan pop-nya tidak bisa dihilangkan. Chad Butler penabuh drum yang agak groovy menambah style bermusik band asal San Diego ini lebih rock. Tim Foreman, pembetot bass yang merupakan adik kandung Jon Foreman memberikan warna rock yang lebih kental..Dare You To Move dan Meant To Live memperlihatkan petikan - petikan bassnya yang lebih rock. Jerome Fontamillas, lead guitar yang bermain keras makin memantapkan ciri rock dari musik switchfoot.
penghargaan sebagai album of the year 2003 versi San Diego Music Award dan penghargaan sebagai pop album of the year 2003, semakin mengakui switchfoot dalam merambah pasar musik Amerika.
musik dan lirik yang mudah untuk diikuti, tanpa harus mencerna atau mendengarkan berkali - kali memberikan satu nilai plus bagi band ini. Pendengar tidak perlu repot untuk mendengarkan satu persatu lagunya untuk memutuskan mana lagu favoritnya, semua lagu pada album Beautiful Letdown memang easy for digest (baca: easy listening).
More Than Fine yang lagunya benar2 pop, bisa membuat pendengar sedikit menggoyangkan badan untuk mengikuti iramanya. So?? what are you waitin' for? try it and prove it yourself

Better Now


COLLECTIVE SOUL

meski sedikit kaget campur seneng..ternyata Collective Soul ngeluarin single barunya Better Now dari album Youth . Dari album indie mereka pertama 'Hints Allegation and Things Left Unsaid' sampe '7 Years Itch' gue punya semuanya!!

band yang bawain jenis musik yang bener2 unik..kreatifitas sound gitar yang bener2 menurut gue jenius. Bayangin aja, band musik pake 3 pemain gitar? damn..gimana bagi2 tugasnya? Ed Roland, Dean Roland and Ross Childress..kalo didengerin dengan seksama, Ed Roland bermain seperti ratu yang sedang berjalan menuju singasana -- bermain dengan sound yang lembut dan sering beritme slow, Dean Roland memainkan gitarnya dengan bener2 keras, hard, full of distortion, sound yang overdrive seperti seorang algojo yg menghukum gitarnya..dan Ross Childress lebih mengimbangi tipikal bermain Ed dan Dean..terkadang bermain cepat, keras tapi sering juga bermain lembut, disertai petikan - petikan gitarnya yang penuh nuansa blues tapi ada sedikit bumbu rock - nya...indah...

tapi sayang bener2 sayang..di single terbarunya Better Now, band ini merubah formasinya Ross Childress digantikan Joel Kosche -- yang menurut gue mestinya Ross Childress jangan diganti, tapi lebih baik posisi Ed Roland dalam bermain gitar diganti oleh Joel Kosche .. too bad. Gak bisa dipungkiri, teknik bermain dan sound Ross Childress yang menjadi salah satu ciri musik Collective Soul, dahulu ketika gue mendengar sebuah lagu yang tidak gue kenal namun permainan gitarnya gue tau..tebakan gue langsung mengarah ke Collective Soul dan voila! ternyata bener...mereka mengeluarkan satu album baru dan gue pada waktu itu belom punya!!

yah..kita liat aja apa album baru mereka bakal booming seperti sebelum2nya, karena pada album ini mereka kembali lagi ke Indie Label udah gak lagi dibawah Major Label EMI..alasan Ed Roland selaku pilot band ini adalah, tingkat kepuasan dan kreatifitas sebagai musisi bisa dieksplor lebih dalam lagi (wallaahhh...iya deh)..

well, dari pantauan gue di beberapa website.. single Better Now udah mulai beredar meski dalam bentuk bajakan / video rip dari acara Live Show Conan O'Brien -- yang dijadikan soft launching single perdana mereka...huaa...hebat juga para pembajak...



Does How You Dress and Look Impact Your Career? Sadly, Yes

Ada artikel bagus tentang istilah : DRESS FOR SUCCESS.. : Years ago I worked on the shop floor of a manufacturing plant. I had worked my w...